Kerajinan tangan NTB hingga saat ini belumlah mampu berbicara maksimal di tingkat nasional, khsususnya dari sisi brand. Hal ini disebebabkan masih minimnya,
kreativitas para perajin untuk menyiapkan desain untuk menyesuaikan permintaan zaman.
Demikian penilaian Instruktru Pengembangan Desain dan Motif, Ir. Teguh Joko Dwiyono yang sengaja dikirim pemerintah Jerman melalui program GIZ untuk mendukung pengembangan kreativitas kerajinan di NTB, Lombok pada khususnya.
‘’Jika kondisi demikian tak segera ditangani, maka nama kerajinan NTB tak akan dikenal secara nasional apalagi internasional. Secara otomatis perajin NTB justru akan banyak yang gulung tikar karena tertinggal minat pasar,’’ tandasnya. Ia mengatakan bahwa kekayaan daerah ini perlu diberikan sentuhan seni secara modern untuk bisa bersaing.
Di pusat kerajinan Banyumulek, Lombok Barat, Rabu (11/7) kemarin, kepada Suara NTB , Teguh mengatakan, sesungguhnya sangat besar potensi pengembangan kerajinan di NTB jika ingin mengejar pasar ekspor.
Bahkan dari sisi SDM perajinnyapun sudah tak kalah saing dengan perajin di beberapa daerah yang kerajinannya maju. Hanya saja pelatihan untuk sentuhan kreativitasnya yang masih minim. Untuk itu, salah satu cara yang tepat yang harus dilakukan pemerintah daerah jika ingin kerajinannya berkembang adalah menggandeng seniman-seniman lokal untuk menuangkan ide dan kreativitasnya bersama dengan para perajin.
Selama ini, dilihatnya di NTB perajin hanya mengembangkan beberapa
jenis kerajinan saja. Semisal guci, gentong dan beberapa jenis lainnya. Padahal masih banyak potensi kreativitas untuk mengolahnya menjadi lebih bernilai seni dan berharga mahal.
“Dan itu hanya seninam yang tahu. Misalnya saja guci digandeng dengan lukisan tokek, kemudian membuat miniatur kebanggaan bangunan-bangunan kuno dan bersejarah di NTB, begitu pula dengan segi pewarnaan. Itu semuanya seniman yang paham,” katanya.
Diistilahkan, sudah waktunyalah seniman lokal di NTB digandeng Pemda untuk turun gunung dan menuangkan kreativitasnya menuangkan karya seninya pada kerajinan daerah. ‘’Padahal sudah banyak seniman dari Lombok yang lebih kreatif mengembangkan diri pada kerajinan di Jawa, dan hasilnya sungguh luar biasa,’’ ujarnya.
Ketidakjelian ini, tak ayal menurut Joko membuat
kerajinan-kerajinan dari Lombok dibeli dan dipoles di luar daerah. Kemudian dijual mengatasnamakan bukan
produk Lombok. ‘’Ini sungguh memprihatinkan,’’ cetusnya. Meski pemerintah telah melakukan pembinaan kepada perajin, hanya saja pembelajaran yang diberikan tidak sesuai dengan tingkat pendidikan perajin.
‘’Perajin rata-rata sekolahnya rendah, kenapa harus diberikan pelatihan di hotel dan media belajar yang modern, tak nyambung. Seharusnya kalau ada pembinaan langsung di tempat kerja, sehingga mudah diterima perajin,” katanya mengingatkan.(bul)
URL SOURCE :
http://www.suarantb.com/2012/07/12/wilayah/Mataram/detil2.html